Senin, 10 Juni 2024 – 05:09 WIB
Jakarta – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mengirimkan sinyal kemungkinan untuk mencalonkan Anies Baswedan sebagai calon Gubernur Jakarta pada Pilkada 2024. Salah satu sinyal itu disampaikan oleh Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, yang menyebut figur Anies menarik untuk Pilgub Jakarta.
Pengamat politik, Rocky Gerung, menganalisis kemungkinan PDIP mencalonkan Anies dalam Pilgub Jakarta pada November 2024. Meskipun posisi Anies dan PDIP dianggap tidak mungkin bersatu karena perbedaan secara ideologi.
“Karena Anies diasuh di wilayah agamis, ada politik Islam di belakangnya. Bahkan, dianggap politik Arab, satire yang sebetulnya tidak masuk akal juga,” kata Rocky dalam akun YouTube Rocky Gerung Official dikutip pada Senin, 10 Juni 2024.
Namun, dia menekankan bahwa setelah Pilpres 2024 berlaku prinsip “politik adalah seni menyerang yang tidak mungkin” yang artinya hal yang tidak mungkin itu bisa dilawan. Termasuk kemungkinan kerjasama antara PDIP dengan Anies dalam satu poros.
“Dan, itu mungkin menjadi kegembiraan Anies termasuk Puan. Kan dalam politik seni menyerang yang tidak mungkin yang mungkin. Nah, ini yang tidak mungkin,” ujar Rocky.
Bagi dia, dinamika politik menjelang Pilkada 2024 sangat menarik karena kondisinya berubah. “Justru itu yang menjadi menarik, karena keadaan berubah,” tuturnya.
Rocky mengatakan bahwa dia ingin melihat sinyal yang harus dimainkan oleh PDIP. Karena Anies tidak bisa memberikan sinyal tersebut karena tidak memiliki partai politik.
“Jadi, sebetulnya kita ingin melihat PDIP sebenarnya yang memainkan sinyal itu. Jadi, pasti bukan Anies. Karena Anies punya partai saja tidak ada,” ujar Rocky.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa saat ini kekuatan PDIP tidak berada di kursi Presiden RI. Namun, kekuatan PDIP bisa menjadi pengendali di DPR yang keputusannya dapat berdampak pada Jakarta.
Menurutnya, saat ini sinyal dari PDIP dan Anies dinilai memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengimbangi kekuasaan pemerintahan era Prabowo Subianto.
“Itu bagus juga, itu yang bisa kita andalkan sebagai keseimbangan yang baik. Menyatakan sudah ada kekuatan di luar kabinet Prabowo,” sebut Rocky.
Rocky mengatakan bahwa Jakarta tetap akan menjadi sinyal yang kuat meskipun statusnya bukan lagi sebagai Ibu Kota Negara.
“Jakarta akan tetap menjadi sinyal, apapun yang terjadi. Jakarta akan tetap menjadi persaingan politik di daerah. Mungkin ada persaingan politik di daerah lain, tapi tidak sekuat di Jakarta,” ujar Rocky.