Senin, 8 Juli 2024 – 01:02 WIB
Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan tegas menolak untuk membiarkan istrinya, Atalia Praratya, ikut serta dalam Pemilihan Wali Kota Bandung (Pilwakot) pada Pilkada serentak bulan November 2024 mendatang.
Meskipun dalam beberapa survei menunjukkan bahwa elektabilitas Atalia berada di posisi teratas sekitar 40 persen, dengan selisih yang jauh dari calon nomor dua sebesar 13 persen, Ridwan Kamil tetap tidak mengizinkan istrinya untuk maju sebagai calon Wali Kota Bandung.
“Survei menempatkan Pilwakot Bandung sebagai yang pertama, meskipun kita tidak terlalu terlibat, tapi saya katakan tidak perlu,” ujar Ridwan Kamil dalam podcast Pandji Pragiwaksono yang berjudul ‘Skakmat Ridwan Kamil’ pada Senin, 8 Juni 2024.
Kang Emil menegaskan bahwa dirinya dan istrinya memilih untuk berpolitik dengan nilai-nilai. Meskipun elektabilitas Atalia tinggi, namun keduanya memilih untuk menjaga kesopanan dan etika dalam berpolitik.
Apalagi jika nantinya dia juga memiliki peluang untuk maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat, maka tidak pantas jika suami dan istri sama-sama memiliki jabatan eksekutif, suami sebagai gubernur dan istri sebagai wali kota.
“Saya sebagai Gubernur Jawa Barat, karena istrinya survei bagus jadi Wali Kota Bandung. Bagaimana kita membahas anggaran di rumah? Tidak pantas. Karenanya saya tidak mengizinkan istri saya mengambil kesempatan besar tersebut, karena tidak pantas,” tegasnya.
Kang Emil menyadari secara hukum Atalia berhak mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bandung. Dilihat dari segi akademik, Atalia merupakan seorang doktor dan aktif dalam berorganisasi, sebagai kader Golkar, yang kebetulan juga merupakan istri dari Ridwan Kamil.
“Menurut persepsi saya, istri saya bisa menjadi Wali Kota Bandung, saya pun bisa menjadi Gubernur Jabar, namun dari segi nilai-nilai pantas, sepertinya tidak pantas,” ungkapnya.
Sayangnya, menurut Kang Emil, variabel utama dalam politik praktis saat ini adalah menang. Kemenangan lebih penting dari segalanya. Apakah itu pantas atau tidak pantas, adalah dua hal yang berbeda.
“Itulah mengapa saya dan istri berpolitik dengan nilai, meskipun survei tinggi, istri saya memutuskan untuk tidak maju sebagai calon Wali Kota Bandung. Jika menerapkan teori yang ada saat ini, maka akan menjadi Wali Kota Bandung,” tambahnya.