Kamis, 24 Oktober 2024 – 11:16 WIB
Jakarta, VIVA – Presiden Prabowo Subianto, dalam pidato politiknya usai pelantikan dan pengambilan sumpahnya di MPR RI, memberi harapan bagi bangsa Indonesia. Terutama terkait soal kemiskinan dan kedaulatan bangsa yang disorot oleh Presiden RI ke-8 itu.
Baca Juga :
Prabowo Ajak Menteri ke Akmil Magelang, Hasan Nasbi: Bukan Ospek Militerisme
“Ini sudah menjadi mimpi panjang Indonesia agar bisa keluar dari kemiskinan, berdaulat, berperadaban dan menjadi pemain global. Kita doakan beliau agar bisa mewujudkan, dan kita memang yakin Pak Prabowo bisa mewujudkannya Insha Allah,” kata Raihan Iskandar, Ketua Bidang Keumatan DPN Partai Gelora, dalam keterangannya, Kamis 24 Oktober 2024.
Itu dikatakan Raihan, dalam diskusi Gelora Talks, yang digelar Rabu kemarin dengan tema ‘Harapan Umat Pada Pemerintahan Prabowo-Gibran’.
Baca Juga :
Novel Baswedan Harap Prabowo Subianto Tinjau Ulang 10 Capim KPK
Pada pemerintahan Prabowo-Gibran di Kabinet Merah Putih, ada dua kader Partai Gelora yang dipercaya masuk dalam pemerintahan. Yakni Ketua Umum Anis Matta dan juga Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah. Keduanya membantu untuk mewujudkan cita-cita Prabowo-Gibran.
“Narasi ini sudah digelorakan Pak Anis Matta dan Pak Fahri Hamzah sejak awal. Mimpi yang tadinya hanya mimpi partai, sudah dibawa menjadi mimpi negara. Mudah-mudahan beliau berdua bisa membantu Presiden mewujudkan hal itu,” katanya.
Baca Juga :
Prabowo Targetkan Swasembada Pangan, Begini Cara Polri Bantu Wujudkan
Raihan menegaskan, Indonesia saat ini membutuhkan roadmap atau peta jalan sebagai panduan yang akan membawa kemajuan. Peta jalan tersebut, telah disampaikan Presiden Prabowo dalam pidato perdananya usai pelantikan.
“Jadi beliau katakan kita butuh roadmap. Umat butuh roadmap, butuh peta, bukan butuh provokasi. Itu yang selalu diulang-ulang dan dimimpikan oleh Pak Anis Matta,” ujar Raihan.
“Pak Anis Matta dan Pak Fahri Hamzah punya kualitas dan kelas membantu Presiden mewujudkan mimpi negara tersebut,” katanya.
Dia berharap, Presiden Prabowo menutup pintu-pintu provokasi yang bisa merusak peta jalan yang dibangun tersebut.
“Orang beriman itu dapat diajak untuk berukhuwah, tetapi peluang provokasi-provokasi selalu ada. Nah, ini tugas negara untuk menutup pintu-pintu tersebut,” katanya.
Menurut dia, negara tidak boleh lagi memberikan peluang provokasi yang bisa merusak persatuan umat, sehingga membuat umat tidak solid seperti yang terjadi pada periode lalu.
“Kita rasakan bagaimana terjadi kerenggangan hubungan antar umat ini, begitu luar biasa, Sehingga bahasa-bahasa yang sangat tidak beradab diungkapkan. Dengan bahasa rendah, menyebut saudaranya dengan kalimat binatang. Tidak seperti yang diajarkan Rasulullah SAW,” ujar Raihan.
Selain itu, menurutnya ucapan terima kasih juga tetap harus diberikan kepada Presiden RI ke-7 Joko Widodo, yang telah meminimalisir provokasi menjadi tidak solid.
“Kita berharap upaya meminimalisir provokasi ini bisa ditingkatkan lagi. Karena kita ketahui dunia tidak sedang aman-aman, sehingga kita semua harus sadar. Kita butuh iklim yang kondusif agar mimpi-mimpi besar Indonesia maju dapat terwujud,” pungkasnya.
Halaman Selanjutnya
Dia berharap, Presiden Prabowo menutup pintu-pintu provokasi yang bisa merusak peta jalan yang dibangun tersebut.