Menciptakan ulang sebuah merek bisa menjadi tantangan yang rumit. Harus diingat bahwa terdapat risiko yang besar dalam mengubah fokus merek yang sudah ada. Jaguar, misalnya, tidak takut untuk menjalani proses rebranding sesuai dengan audiens yang baru, meskipun hal ini berarti bahwa mereka mungkin akan kehilangan sebagian besar pelanggan lama. Menurut Direktur Pelaksana Jaguar, Rawdon Glover, proyeksi perusahaan menunjukkan bahwa hanya sekitar 15% dari pembeli saat ini yang akan tetap loyal pada merek tersebut. Angka yang tersisa, sekitar 85%, diperkirakan akan beralih ke merek lain.
Jaguar sadar bahwa mereka tidak dapat merebut kembali semua pasar, terutama dengan peluncuran mobil listrik baru yang ditujukan pada segmen pembeli yang lebih mampu. Salah satu contohnya adalah konsep Grand Tourer listrik, Type 00, yang diproyeksikan akan dijual dengan harga yang cukup tinggi. Meskipun rencana ini belum sepenuhnya terwujud dan akan diluncurkan pada tahun 2026 dengan nama yang berbeda, Jaguar telah memulai transisi mereka menuju merek yang lebih eksklusif.
Langkah ini sejalan dengan penghentian produksi sebagian besar model Jaguar yang sudah ada, dengan penjualan yang mengalami penurunan tajam sejak tahun 2018. Model-model seperti XE, XF, F-Type, E-Pace, dan I-Pace akan segera dihentikan, dengan F-Pace menjadi satu-satunya model yang tetap diproduksi untuk sementara waktu. Konsekuensinya adalah permintaan yang melandai dan pengiriman yang diperkirakan akan semakin menurun pada tahun-tahun mendatang.
Dalam upaya untuk menggaet pasar yang baru, Jaguar berharap bahwa desain eksklusif Type 00 akan menarik minat pembeli kelas atas, terlepas dari kekhawatiran terkait powertrain. Direktur Jaguar berharap mobil listrik akan menjadi pilihan utama bagi konsumen pada tahun 2030. Meskipun persaingan dalam segmen mobil listrik yang menarik semakin ketat, Jaguar tetap bertekad untuk memperkuat posisinya sebagai produsen mobil listrik murni yang menarik bagi pasar global.