Cina telah memimpin dalam inovasi teknologi kendaraan listrik (EV). Perusahaan-perusahaan Cina telah mengambil langkah-langkah cepat dalam meningkatkan kendaraan dan perangkat lunak mereka, mengadopsi strategi inovasi yang sering ditemui di Silicon Valley. Fitur bantuan pengemudi dahulu hanya tersedia pada mobil kelas atas di Cina, tetapi sekarang bahkan mobil BYD termurah seharga $10.000 sudah dilengkapi dengan teknologi tersebut.
Terbaru, badan pengatur Cina mulai menerapkan batasan pada fitur teknis “otonom” dalam mobil. Tujuannya adalah untuk memberikan kejelasan kepada konsumen mengenai kemampuan mobil dalam mengemudi sendiri, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Pada tanggal 16 April, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina mulai mengatur tata cara bagi perusahaan mobil. Mereka tidak lagi diperbolehkan menggunakan istilah “beta” dalam iklan teknologi swakemudi dan harus merujuk pada tingkat sistem pengemudian yang sesuai.
Kebijakan baru ini juga melarang penggunaan istilah yang tidak jelas atau menyesatkan dalam pemasaran mobil, seperti “mengemudi otonom” atau “mengemudi otomatis”. Selain itu, mobil harus tetap memiliki pengemudi karena pengemudian tanpa pengemudi Level 2 tidak disetujui untuk digunakan pada produk konsumen di Cina. Hal ini semua dilakukan setelah insiden tragis melibatkan Xiaomi SU7 yang menggunakan fitur bantuan pengemudi sebelum kecelakaan fatal terjadi.
Keputusan ini dianggap sebagai langkah yang cerdas dan bisa menjadi contoh bagi pemerintah lain di seluruh dunia. Fitur bantuan pengemudi memang berguna, namun harus dipahami dengan benar oleh pengguna. Kebijakan ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dan potensi bahaya jika pengguna terlalu bergantung pada fitur tersebut. Langkah-langkah yang diambil pemerintah Cina ini merupakan strategi yang diharapkan bisa meminimalisir risiko penggunaan teknologi canggih dalam kendaraan.