Kemandirian antariksa menjadi topik utama dalam diskusi publik yang digelar oleh Center for International Relations Studies (CIReS) di Universitas Indonesia. Perkembangan pesat teknologi global menuntut Indonesia untuk fokus pada kemandirian antariksa guna memastikan kedaulatan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Dalam diskusi tersebut, para ahli dan narasumber menyampaikan urgensi dan kompleksitas dalam menyusun strategi nasional yang berorientasi pada kemandirian antariksa. Indonesia yang sudah mengawali perjalanan keantariksaan sejak tahun 1960-an kini dihadapkan pada tantangan besar terkait tata kelola program antariksa yang masih lemah, keterbatasan pendanaan, dan kurangnya arah kebijakan yang jelas pasca integrasi LAPAN ke dalam BRIN.
Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim menegaskan bahwa ruang antariksa kini menjadi domain strategis yang tak kalah pentingnya dari wilayah lainnya dan Indonesia harus segera bergerak untuk menjadi lebih mandiri dan tidak hanya menjadi pengguna pasif.
Perspektif yang kritikal juga disampaikan oleh Asra Virgianita, Ph.D. yang menyoroti dominasi negara maju dan korporasi raksasa yang menciptakan bentuk kolonialisme baru dan opresi dalam ekonomi antariksa.
Dukungan politik, kesadaran publik, pembentukan badan antariksa, dan konsistensi dalam kebijakan anggaran menjadi sorotan kritis dari peserta diskusi yang menyoroti kurangnya dukungan dan ketidakpastian arah kelembagaan yang jelas.
Dalam menggarisbawahi hasil diskusi, penting bagi Indonesia untuk segera merumuskan strategi terpadu dalam mencapai kemandirian antariksa melalui penataan kelembagaan, regulasi, investasi, dan kolaborasi lintas sektor. Revitalisasi kelembagaan yang pernah berperan penting dalam pengembangan teknologi antariksa juga menjadi langkah prioritas dalam mewujudkan visi kemandirian antariksa Indonesia.
Sumber: Strategi Kemandirian Antariksa Indonesia Dan Peran RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional Di Tengah Rivalitas Global
Sumber: Mewujudkan Kemandirian Antariksa Indonesia Di Tengah Rivalitas Global