Eiger akan segera merilis film dokumenter yang berjudul Tebing, Tuhan, Dan Aku, yang mengisahkan kisah Harry Suliztiarto dan Mamay S Salim. Kedua tokoh ini merupakan orang Indonesia yang berhasil menaklukkan gunung Eiger di Swiss dan kemudian memimpin pembentukan komunitas panjat tebing di Indonesia. Dalam film tersebut, akan diceritakan kisah heroik Harry dan Mamay dalam mendaki gunung Eiger, salah satu gunung tertinggi dan paling berbahaya di dunia. Melalui wawancaranya, Harry menegaskan betapa pentingnya peran Tuhan dalam pencapaiannya, dihadapkan pada ciptaan yang maha besar seperti tebing Eiger.
Film ini tidak hanya akan menggambarkan perjalanan fisik Harry dan Mamay, tetapi juga akan mencoba menunjukkan sisi spiritual dan kegigihan dalam mendaki gunung. Disutradarai oleh Dini Aristya, film ini akan memberikan pandangan yang berbeda tentang seorang pendaki dan petualang. Harapan dari pembuatan film ini adalah dapat menginspirasi generasi muda tentang pentingnya semangat, ketekunan, dan militansi dalam mencapai tujuan. Film Tebing, Tuhan, Dan Aku direncanakan akan tayang pada Oktober 2025.
Gunung Eiger sendiri terletak di Pegunungan Alpen Bernese di Swiss, dengan ketinggian sekitar 3.970 meter. Dikenal dengan “dinding utaranya” yang terkenal, Eigerwand atau The North Face, gunung ini merupakan puncak tertinggi yang pernah disebutkan dalam dokumen sejak tahun 1252. Eiger pertama kali berhasil didaki pada tahun 1858 oleh seorang pendaki Swiss bernama Charles Barrington. Selain itu, Eiger juga menjadi habitat bagi flora dan fauna endemik Swiss, seperti kambing gunung Ibex, Chamois, marmots, burung elang, dan rusa merah.
Pengakuan dari UNESCO telah menetapkan Gunung Eiger sebagai warisan dunia pada tahun 2001. Selain Tebing, Tuhan, Dan Aku, film lain yang pernah menggambarkan perjuangan mendaki Eiger adalah North Face. Film ini memberikan gambaran tentang keberanian dan ketekunan dalam menghadapi tantangan alam yang ekstrem.












