Mengapa Sulit Berhenti Saat Makan Kacang: Penjelasan Ilmiah
Pernahkah Anda mengalami kesulitan untuk berhenti makan kacang atau keripik setelah mulai mengonsumsinya? Fenomena ini sebenarnya memiliki penjelasan ilmiah yang menarik. Menurut para pakar kesehatan, selain karena rasa yang lezat, tekstur makanan juga memainkan peran penting dalam meningkatkan keinginan kita untuk terus makan.
Dr. Paul Breslin, seorang pakar nutrisi dari Rutgers University, menjelaskan bahwa lidah kita tidak hanya merasakan rasa, tetapi juga merespon tekstur makanan. Tekstur renyah, seperti yang kita rasakan saat mengunyah kacang atau keripik, dapat merangsang otak kita untuk terus menginginkan makanan tersebut.
Ahli diet, Dr. Denis Lamothe, juga mengungkapkan bahwa saat kita merasa sedih, cemas, atau bosan, kita cenderung mencari makanan sebagai pelarian. Makanan dengan tekstur renyah sering menjadi pilihan karena sensasinya dapat memberikan kenyamanan emosional.
Tidak hanya tekstur, kandungan lemak dalam kacang atau keripik, terutama yang digoreng, juga memainkan peran penting. Lemak yang dirasakan oleh mulut dapat mengaktifkan bagian otak yang disebut orbitofrontal cortex, menciptakan sensasi kenikmatan yang mendorong kita untuk terus makan.
Penelitian dari Oxford University juga menunjukkan bahwa makanan berlemak memiliki dampak signifikan pada otak, menjadikannya sulit untuk dihentikan. Selain itu, tekstur makanan yang encer seperti yoghurt juga bisa membuat kita mengonsumsinya dalam jumlah besar karena lebih cepat melewati sistem perasa, sehingga kita cenderung makan lebih banyak sebelum merasa kenyang.
Kombinasi tekstur, rasa, dan kandungan lemak dalam makanan seperti kacang atau keripik memengaruhi otak kita, membuat kita sulit untuk berhenti makan. Memahami mekanisme ini dapat membantu kita lebih bijak dalam mengontrol pola makan dan memilih camilan yang lebih sehat.