Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan bahwa ada pihak di luar negeri yang berkepentingan agar Indonesia terus melakukan impor beras dan tidak mencapai swasembada pangan, terutama dalam produksi komoditas strategis nasional tersebut. Menurut Mentan, negara-negara eksportir beras berharap Indonesia tetap menjadi pasar impor daripada menjadi negara yang bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri. Hal ini terlihat dari data impor beras Indonesia yang meningkat sebesar 62 persen pada tahun sebelumnya, terutama didominasi oleh impor beras dari Thailand, Vietnam, dan Myanmar.
Meskipun ada lembaga asal Amerika Serikat yang menyatakan bahwa produksi beras Indonesia semakin kuat dan bersaing dengan negara-negara tetangga, Mentan dan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan komitmen untuk meningkatkan swasembada pangan. Presiden Prabowo Subianto bahkan telah menargetkan agar Indonesia dapat mengurangi impor beras, jagung, garam konsumsi, dan gula konsumsi. Dengan adanya kebijakan tersebut, pemerintah Indonesia bersama Perum Bulog berencana untuk menargetkan pengadaan tiga juta ton beras dari produksi dalam negeri, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Melalui langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dan tidak lagi tergantung pada impor beras dari negara lain. Meskipun tentu saja perubahan ini tidak diinginkan oleh negara-negara eksportir beras tertentu, namun hal tersebut menjadi langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kedaulatan pangan Indonesia. Dalam periode tertentu, keputusan pemerintah untuk tidak melakukan impor beras didukung oleh data stok cadangan beras pemerintah yang mencapai angka tertinggi dalam 23 tahun terakhir, menunjukkan upaya serius dalam mencapai swasembada pangan.