Varian COVID-19 terbaru dengan nama NB.1.8.1 atau yang dikenal sebagai varian Nimbus telah mendapat perhatian global. Prof. Tjandra Yoga Aditama, pakar Ilmu Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengungkapkan bahwa varian ini mulai meningkat dan disebut oleh WHO sebagai Variant Under Monitoring (VUM). VUM adalah kategori varian virus yang berpotensi berubah status tergantung pada perkembangan data ilmiah di masa depan.
Varian Nimbus terkait dengan mutasi penting pada protein spike seperti posisi T22N, F59S, G184S, A435S, V445H, dan T478I. Mutasi ini membuat varian ini lebih mudah menular dan curiga menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di beberapa negara. Proporsi varian Nimbus meningkat secara global dan terdeteksi di Asia, Eropa, dan Amerika, menurut data GISAID.
Prof. Tjandra mendorong Indonesia untuk meningkatkan surveilans genomik, terutama tes COVID-19 pada pasien SARI dan sebagian ILI. World Health Network menekankan bahwa varian Nimbus lebih mudah menular dan gejalanya meliputi sakit tenggorokan, lemas, batuk ringan, demam, dan nyeri otot. Dengan dinamika ini, peningkatan deteksi dini menjadi krusial untuk mengantisipasi penyebaran varian ini dengan tepat.