Selasa, 13 Februari 2024 – 02:13 WIB
Yogyakarta – Civitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (DPP Fisipol UGM) Yogyakarta menggelar aksi pada Senin, 12 Februari 2024.
Dalam aksinya ini, civitas akademika DPP UGM memanggil dua dosennya yaitu Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana untuk pulang kembali ke jalan demokrasi. Perwakilan mahasiswa DPP Fisipol UGM, Faris Rubiansyah menilai saat ini pihaknya melihat ada upaya dari pemerintah menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan golongan. Upaya-upaya pemerintah ini, disebut Faris mencederai demokrasi.
“Kita melihat ada upaya-upaya mencederai demokrasi untuk kepentingan pribadi dan golongannya oleh kekuasaan. Yang lebih disayangkan lagi, ada dua civitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan yang berada dalam pusaran kekuasaan itu,” kata Faris.
Faris menyebut saat ini Indonesia tengah berada dalam kemerosotan demokrasi. Menurut dia, kemerosotan demokrasi ini disebabkan oleh banyak aktor diantaranya Pratikno dan Ari Dwipayana yang saat ini berada dalam pusaran pemerintahan.
“Kemarin setelah gelombang petisi universitas-universitas, kita merasakan ada konflik antara akademisi dan rezim. Sayangnya, ada civitas akademika kami juga yang berada dalam pusaran konflik itu. Ini bukan kesalahan Pak Tik (Pratikno) dan Mas Ari semata,” ungkap Faris.
Tentunya, Faris sangat kecewa karena kedua alumninya itu yakni Pratikno dan Ari Dwipayana mengajarkan demokrasi di kelas tapi tidak diimplementasikan.
“Kami menyadari dua guru kami telah menjadi bagian dari persoalan bangsa. Pak Tik dan Mas Ari mengajarkan demokrasi di dalam kelas, tapi yang mereka ajarkan tak sejalan dengan praktiknya,” imbuh Faris.
Faris menerangkan civitas akademika DPP Fisipol UGM meminta maaf yang sebesar-besarnya atas terlibatnya civitas akademika mereka atas apa yang terjadi dengan demokrasi di Indonesia akhir-akhir ini. Untuk itu, Faris menyerukan kepada Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali ‘pulang’ ke UGM dan menjadi akademisi serta penjaga pilar demokrasi.
“Hari ini kami berseru, Pak Tik dan Mas Ari kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Pak Tik dan Mas Ari, kembalilah ke demokrasi. Kembalilah mengajar kami dengan kata dan perbuatan,” lanjut Faris.
Sementara Kepala Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Abdul Gaffar Karim menilai kegiatan civitas akademika yang dilakukan hari ini adalah bentuk kepedulian politik dan bagian dari kontrol mahasiswa terhadap kekuasaan.
“Saya bersepakat dengan teman-teman mahasiswa yang meminta Pak Pratikno dan Mas Ari Dwipayana untuk kembali ke kampus dan kembali ke jalan demokrasi,” kata Gaffar.
Menurut dia, Pratikno dan Ari Dwipayana harus menjaga netralitas dalam Pemilu 2024 yang sudah hitungan hari untuk pencoblosan pada Rabu, 14 Februari 2024.
“Jelang dua hari pemilu, saya kira yang terbaik yang mereka lakukan adalah menjaga netralitas dulu. Menarik mundur dari semua peran-peran pemenangan, dukungan pada kandidat, melakukan tugas yang memang harus dilakukan sebagai bagian dari sistem pemerintah,” pungkasnya.