Bentley telah lama dikenal sebagai salah satu produsen mobil mewah terkemuka, namun rencana perusahaan untuk beralih ke mobil listrik telah mengalami beberapa perubahan. Sejak periode lima tahun yang lalu di mana Crewe berkomitmen untuk menggunakan mobil listrik pada akhir dekade ini, terjadi berbagai penundaan dalam rencana tersebut. Mantan CEO Adrian Hallmark mengungkapkan bahwa Bentley akan terus menjual mobil hibrida plug-in setelah tahun 2030, dengan portofolio khusus EV diharapkan akan hadir pada tahun 2033. Namun, dengan pemilihan Frank-Steffen Walliser sebagai CEO, target tersebut kembali diundur hingga tahun 2035. Permintaan yang lebih rendah dari perkiraan awal perusahaan dan perubahan dalam pasar mobil mewah telah mempengaruhi keputusan Bentley untuk tetap menggunakan mesin bensin dalam model-model seperti Continental GT, Flying Spur, dan Bentayga. Model listrik pertama Bentley yang semula dijadwalkan untuk tahun 2025 juga mengalami penundaan.
Perubahan kebijakan ini sejalan dengan trend yang terjadi di dalam Grup Volkswagen, di mana merek-merek seperti Porsche dan Audi juga mengalami penundaan dalam merilis mobil listrik pertama mereka. Lamborghini, merek lain dari VW Group, juga mengalami penundaan peluncuran mobil listrik pertamanya. Meskipun Uni Eropa berencana untuk melarang penjualan mobil ICE baru mulai tahun 2035, para produsen mobil terjebak dalam situasi yang sulit akibat perubahan permintaan pasaran. Meski demikian, ada harapan bahwa setidaknya PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) masih akan tetap legal setelah tanggal batas waktu yang ditentukan. Semua hal ini menunjukkan bagaimana pasar otomotif terus berkembang, dan produsen mobil harus terus beradaptasi untuk tetap relevan dalam lingkungan yang berubah dengan cepat.
Bentley Bertahan: Strategi Mesin Bensin di Era Mobil Listrik












