Memahami Dampak Komodifikasi Partai Ulama dalam Politik

Manuver Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP, Romahurmuziy atau Rommy, menuju Muktamar menuai kritik dari kader partai. Munculnya isu pengambilalihan PPP oleh pengusaha nasional Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam dihubungkan dengan manuver Rommy. Ketegangan antara kader PPP dengan tindakan Rommy sudah terjadi sejak podcast salah satu media mengungkap skenario terkait calon Ketua Umum dari kalangan figur eksternal, Amran Sulaiman.

Wahyudin, salah satu kader PPP yang juga Ketua DPC Jakarta Barat, mengecam manuver Rommy. Ia mengungkapkan rasa malu atas dinamika menjelang Muktamar PPP yang diwarnai manuver Rommy yang terkesan membuat PPP tampak dijual-belikan. Wahyudin juga mengingat momen Pilkada Jakarta 2017, ketika PPP DKI Jakarta dipaksa oleh Rommy untuk mendukung Ahok di putaran kedua, hanya karena tekanan Jokowi dan iming-iming logistik.

Selain itu, Wahyudin menyoroti periode 2017 hingga Pemilu 2024 di mana PPP dianggap tidak bertahan di mata umat. Saat jelang Pemilu 2019, terjadi insiden ketika Rommy ditangkap oleh KPK karena suap, mengakibatkan keruntuhan suara PPP. Wahyudin meminta Rommy untuk bertaubat dan tidak membuat masalah baru.

Dia menekankan agar Rommy tidak lagi mengganggu partai dan membiarkan para muktamirin menentukan masa depan PPP di Muktamar kedepan. Wahyudin berharap dapat bekerja untuk mengembalikan kejayaan PPP tanpa harus dijadikan alat oleh Rommy dan kroninya.

Source link